Orang-orang
islam telah mengetahui secara terperinci perhimpunan sulit yang telah
diadakan oleh orang-orang Kristian dan peri surat Isabella yang telah
menyebabkan cita-cita mereka jadi terbantut. Setelah
lima hari berada bersama-sama Ziad bin Umar dan cendekiawan Islam,
Isabella dan sahabat-sahabatnya semakin dalam pengetahuan mereka tentang
agama Islam. Dalam salah satu pertemuan, salah seorang yang hadir telah
memberi pandangan.
“Tuan yang dihormati. Orang-orang Kristian secara sulit cuba menipu
Isabella supaya kembali kepada agama Kristian tetapi nampaknya Kerajaan
Islam sedikitpun tidak berbuat apa-apa dalam hal ini. Apabila Isabella
telah menjadi orang Islam maka menjadi tugas dan tanggungjawab kerajaan
Islam untuk melindunginya dari ancaman orang-orang Kristian dan
membebaskannya dari bahaya yang mungkin menimpanya.”
Ziad bin Umar tersenyum kecil mendengar kata-kata orang itu.
Dengan tenang dia menjawab “Sebegitu jauh semua usaha-usaha orang-orang
Kristian itu dalam keadaan sulit, jadi bagaimana kerajaan akan mengambil
tindakan dari segi undang-undang? Selain daripada itu, memang benar
iaitu apabila seseorang telah menjadi Islam maka menjadi tanggungjawab
kerajaanlah memberi perlindungan kepadanya daripada tindasan orang-orang
bukan Islam dan berdiri teguh di belakang orang yang telah menganut
agama Islam. Tetapi kita sengaja mencegah kerajaan Islam mengambil
tindakan serupa itu kerana kami berpendapat pengajaran yang dialami
Isabella dan kawan-kawannya akan memperkukuh moral mereka. Kalau tidak,
kita memang boleh campurtangan dan mengambil tindakan-tindakan tegas ke
atas mereka.”
Orang itu masih belum berpuas hati dengan jawaban Ziad bin Umar.
“Tetapi bagi orang-orang Kristian yang akan datang harus diberi
peringatan supaya jangan terlalu lancang mengikut perasaan dalam
perkara-perkara serupa ini?” katanya.
“Tuan tidak usah khuatir,” jawab Ziad bin Umar “pada masa akan datang
kerajaan akan lebih aktif menyokong kebebasan beragama. Dalam soal ini
kita sudah memberitahu paderi-paderi Kristian secara terperinci tentang
keadaan Isabella dan di mana dia berada dan sebagainya. Juga, telah
diberitahu bahwa kerajaan cukup mengambil berat tentang keselamatan
Isabella dan kawan-kawannya dan jika sesuatu yang tidak diingini berlaku
ke atas diri mereka maka kerajaan tidak akan berdiam diri.”
“Tuan yang dihormati,” Umar Lahmi mencelah “kawan-kawan Isabella
meminta agar mereka diislamkan secara rasmi dan diajar hukum-hukum
Islam.”
“Baiklah! Lakukan dengan nama Allah. Islamkan mereka segera.” kata Ziad.
Umar Lahmi lalu mendekati sahabat-sahabat Isabella sambil berkata
“Mirano, Martha, Hanana dan Catherine, apakah kalian masih ragu-ragu
tentang dasar kepercayaan Islam?”
Mirano mengangkat telunjuk kanannya lalu berkata “Saya ingin mendapat penjelasan tentang beberapa perkara.”
“Baiklah,” kata Ziad “kami tidak keberatan memberi penjelasan. Memang
benar begitulah caranya setelah mendapat penjelasan yang memuaskan hati
barulah baik menerima agama ini. Nah, ajukan pertanyaan dan saya
wakilkan Umar untuk menjawabnya.”
Mirano tersenyum lebar.
Dia kemudian berkata “Tuan yang saya hormati. Mula-mula sekali kami ini
diislamkan dulu. Setelah itu barulah saya akan bertanya satu atau dua
masalah. Meskipun saya boleh menutup mulut orang-orang Kristian dengan
hujah saya tetapi dijauhkan Tuhan! Saya sedikitpun tidak ragu tentang
Islam.”
Keempat-empat anak gadis itu pun diislamkan secara rasmi, mengucapkan
dua kalimah syahadat, mengakui dengan setulus hati akan keEsaan Allah
dan kerasulan Nabi Muhammad sallallah alaihisalam. Semua yang hadir
menadah tangan memanjat doa kesyukuran kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Mereka lalu menutup kepala masing-masing dengan kain selendang yang
memang sudah dibawa dari awal.
Mirano mengemukakan pertanyaan. “Menurut orang-orang Kristian, Kitab
Taurat itu ialah hukum dan Injil merupakan penyempurnaan hukum-hukum
itu. Nyatalah apabila telah ada hukum dan penyempurnaan maka tidak perlu
lagi ada perkara-perkara lain termasuk juga Kitab Suci Al-Quran.
Al-Quran tidak perlu lagi kerana ia telah membenarkan Taurat dan Injil
maka sesuatu bantahan menjadi semakin beralasan.”
“Andaikata penganut-penganut Kristian menyifatkan sesuatu kebaikan di
dalam kitab-kitab mereka,” ujar Umar Lahmi “maka itu bukan satu
kemestian bagi kita mempercayainya. Dakwaan itu mesti dibuktikan dengan
hujah-hujah. Tetapi dengan hanya menganggap sebagai satu kemestian bahwa
Taurat itu hukum dan Injil penyempurnaannya, maka sebagai lawannya
Kitab Suci Al-Quran ialah pembenaran. Pembenaran yang mencakupi
kedua-duanya sekali, hukum dan kesempurnaan. Pembenaran itu telah
disebutkan di dalam Al-Quran di dalam Surat Al-Ma’idah ayat 48 yang
maksudnya kira-kira begini :
Dan Kami telah turunkan Al-Quran
kepada engkau dengan benar bahwa ia daripada Allah sedangkan ia pula
membenarkan Kitab-Kitab Ketuhanan – yang terdahulu daripadanya serta
menguasainya.
“
“Tetapi,” Umar Lahmi berkata lagi “Injil itu sendiri tidak pernah
menggunakan perkataan kesempurnaan. Dengan demikian, Kitab Suci Al-Quran
telah terbukti mencakupi kedua-duanya, hukum dan kesempurnaan.”
“Taurat dan Injil ada disebutkan di dalam Al-Quran dan sudah satu
kemestian bagi orang-orang Islam untuk menerimanya.” kata Mirano.
:Kenapa orang-orang Islam tidak mempercayainya?”
“Kerana orang-orang Kristian tidak mempunyai Taurat dan Injil yang tulen.” jawab Umar Lahmi.
“Jikalau Taurat dan Injil tidak wujud kenapa pula Al-Quran mengakuinya?” tanya Mirano lagi.
“Al-Quran mengakui Taurat dan Injil asli bukan yang dipalsukan dan dibuat-buat.” jawab Umar Lahmi.
“Kata orang-orang Kristian Taurat dan Injil mereka yang ada sekarang itulah yang diakui Al-Quran.” kata Mirano.
“Baiklah,” kata Umar Lahmi “saya akan bertanya kepada Kitab Suci
Al-Quran apakah ia mengakui Taurat dan Injil yang wujud sekarang ini
ataupun menganggapnya palsu. Al-Quran berkata menurut Surat Al-Ahqaf
ayat 33 : Bahwasanya Allah telah menciptakan langit dan bumi dan Dia
tidak pernah merasa lemah. Tetapi di dalam Kitab Taurat Kejadian 2:2-3
ada dikatakan bahwa ”menjelang hari ketujuh Tuhan telah menyelesaikan
apa yang sedang dilakukannya dan berhenti bekerja. Dia memberkati hari
ketujuh dan telah memperuntukkannya sebagai hari yang istimewa kerana
pada hari itu dia telah menyempurnakan penciptaannya dan berhenti
bekerja.”
“Berhenti bekerja,” sambung Umar Lahmi “bererti berehat dan bila
seseorang itu berehat dari bekerja bererti dia penat. Jadi, dari yang
disebutkan oleh Taurat itu ternyatalah bahwa Tuhan itu merasa penat.
Kitab Suci Al-Quran berkata Allah tidak pernah penat. Nah, apakah
Al-Quran menyetujui atau menolak kenyataan itu? Taurat mengatakan
Sulaiman menyembah berhala tetapi Al-Quran menyangkal dakwaan itu. Nabi
Sulaiman tidak akan melakukan perbuatan orang-orang kafir. Nah, apakah
Al-Quran menyetujui atau menolat Taurat? Sekarang, ambil Kitab Injil.
Keempat-empat kitab itu ada mengatakan tentang Jesus Kristus mati sambil
menangis di atas salib, bahwa dia benar-benar telah disalibkan tetapi
Kitab Suci Al-Quran menafikan bahwa Jesus dibunuh oleh orang-orang
Yahudi dan tidak pula disalibkan. Kemudian Injil mengatakan Jesus
Kristus mengaku menjadi Tuhan tetapi Al-Quran dalam Surat Al-Ma’idah
ayat 72 berkata: Demi Allah telah
kafir segala mereka yang berkata :Sesungguhnya Allah itulah Al-Masih
anak Mariam, sedang Al-Masih berkata: Hai Bani Israil, sembahlah olehmu
akan Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya siapa yang mensyariatkan
sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya Allah mengharamkan ke atasnya
syurga dan tempat kembalinya adalah neraka dan sekali-kali
penzalim-penzalim itu tiada mendapat penolong.” Nah,
sekarang dipersilakan siapa saja paderi Kristian tampil mengatakan
secara jujur dan adil, apakah Kitab Suci Al-Quran mengakui atau menolak
Injil?”
Mirano dengan gembira terus menjawab “Tidak syak lagi bahwa dengan
bukti-bukti itu Kitab Suci Al-Quran tidak mengakui Taurat dan Injil yang
ada sekarang tetapi telah menolaknya.”
“Sekarang jelaslah,” kata Umar Lahmi “bahwa Kitab Suci Al-Quran tidak
mengakui Taurat dan Injil tetapi menolak dengan keras dan menuduh semua
keterangan, fakta dan kepercayaan di dalamnya sebagai mensyarikatkan
Allah dan murtad. Sekarang saya akan memberikan satu prinsip umum
daripada Kitab Suci Al-Quran dan dengan prinsip itu, buku apa saja boleh
diuji, seolah-olah Kitab Suci Al-Quran seperti batu ujian yang
dengannya kita boleh menguji semua kitab yang lain. Dalam Al-Quran Suran
An-Nisa’ ayat 82 ada disebutkan: Maka
mengapakah mereka tidak memperhatikan dan memikirkan tujuan-tujuan dan
maksud-maksud Al-Quran? Sekiranya Al-Quran itu dari sisi selain Allah
seperti yang mereka katakan tentulah mereka dapati padanya perselisihan
yang banyak. Ayat Kitab Suci Al-Quran ini menegaskan bahwa
kecuali Kitab Allah maka tidak ada kitab lain yang bebas dari
pertentangan (contradiction), kerana manusia tidak kalis dari kesilapan
dan kekeliruan dan bagaimanapun kepekaan seseorang itu dalam menulis
sesebuah buku namun kesalahan dan kekeliruan tetap tidak dapat dielak.
Dan buku yang ada kesalahan bukanlah dari Allah karena Allah tidak
pelupa dan tidak berbohong. Nah, bolehkah sesiapa menolak prinsip ini?”
“Prinsip ini cukup wajar dan adil.” jawab Mirano setuju. “Sudah tentu
kitab yang ada pertentangan di dalamnya tidak boleh datang dari Tuhan
Yang Sempurna. Tetapi apakah ada pertentangan di dalam Taurat dan
Injil?”
“Banyak sekali,” jawab Umar Lahmi “kerana terlalu banyak sangat
pertentangannya maka pembaca-pembaca menjadi bingung. Sekarang mari saya
cubakan dengan prinsip-prinsip tadi. Saudara akan melihat kenyataannya.
Nah, berapa umur saudara Mirano, cuba beritahu saya.”
Mirano teragak-agak sebentar. “Antara 21 atau 22, katakanlah saja 22.” jawab Mirano kemudian.
“Bagus. Kalau saudara katakan umur saudara 22 dan satu jam kemudian 42, apakah kedua-dua keterangan itu betul?”
“Bagaimana boleh kedua-duanya itu betul?” Kalau saya katakan umur saya
42 tentu kenyataan itu salah. Bolehkan kedua-dua itu dikatakan benar?”
MIrano agak kebingungan sedikit dengan kata-kata Umar Lahmi.
“Nah, sekarang cuba lihat di dalam kitab 2 Tawarikh 22:2-3 di mana
disebutkan bahwa ketika Ahaziah ditabalkan menjadi raja menggantikan
bapanya, dia berumur 42 tahun. Tetapi di dalam kitab 2 Raja-Raja 8:25
ada disebutkan bahwa waktu Ahaziah menjadi raja, umurnya sudah 22
tahun.* Bolehkah kedua-dua keterangan ini diterima sebagai benar?”
“Tidak!” jawab Mirano. “Satu saja daripada kedua-dua keterangan itu yang benar dan yang satu lagi tentu salah.”
“Masalahnya,” kata Umar Lahmi “mana satu di antara kedua keterangan itu
yang benar tidak dapat dipastikan dan dengan demikian kedua-dua kitab
dari Inji itu menimbulkan keraguan. Tanda keraguan telah dibubuhkan ke
atas keduanya.”
* pada 2 Tawarikh 22:2-3 disebut 42 tahun dan pada 2 Raja-Raja 8:26
Ahaziah berumur 22 tahun. Dalam Good News Bible kedua-dua Injil itu
menyebut 22 tahun.
“Dan cuba kita selidiki lebih lanjut. Dalam Al-Kitab Samuel 24:9 ada
dituliskan bahwa Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran
rakyat, Israel ada delapan ratus ribu daripadanya orang-orang Yahudi
yang memikul senjata tetapi di dalam Injil 1 Tawarikh 21:5 dituliskan
jumlah orang-orang Israel ialah sejuta seratus ribu yang dapat memegang
pedang dan orang Yahudi ada empat ratus tujuh puluh ribu yang dapat
memegang pedang. Nah, apakah kedua-dua keterangan ini benar?*” kata Umar
Lahmi lagi.
“Tentulah salah satu daripadanya benar.” jawab Mirano.
“Kitab yang menyebutkan angka-angka yang salah serupa itu tidak mungkin dari Tuhan.” sambung Umar Lahmi.
“Tidak mungkin.” ulang Mirano. “Allah melindungi namanya dari dicemarkan
serupa itu, jadi lebih baiklah jangan dikatakan kitab-kitab itu dari
Allah.”
“Dengan adanya pertentangan serupa ini bolehkah orang menyebut Taurat
dan Mazmur itu wahyu Tuhan? Bolehkah kesalahan-kesalahan serupa ini
dikatakan dari Allah?” tanya Umar Lahmi.
“Subhanallah!” keluh Mirano. “Ini adalah hujah-hujah yang terang tentang betapa lemahnya Kitab-Kitab Kristian.”
* dalam Good News Bible ditulis pada Injil 2 Samuel 24:9 ‘Mereka
melaporkan kepada raja jumlah orang yang layak berkhidmat sebagai askar:
800,000 di Israel dan 500,000 di Judah’. Dalam Injil 1 Tawarikh 21:5
pula disebutkan: ‘Dia melaporkan kepada Raja Daud jumlah orang yang
layak berkhidmat dalam tentera: 1,100,000 di Israel dan 470,000 di
Judah’. (Penterjemah)
“Di dalam Kitab 2 Samuel 23 ayat 8 ada disebutkan tentang tiga orang
perajurit Nabi Daud yang gagah berani. Seorang daripadanya bernama
Josheb Basshebeth dari suku Tacheman, ia dengan bersenjatakan tombak
saja telah dapat membunuh delapan ratus orang musuh. Tetapi di dalam
Kitab 1 Riwayat 10 ayat 11, yang menceritakan tentang peristiwa yang
sama, nama perajurit itu bukan Josheb Basshebeth tetapi Joshobeam dari
suku Hachmon dan dia hanya membunuh sebanyak tiga ratus orang saja
dengan tombaknya.’*
“Oh, terlalu jauh perbedaannya.” kata orang-orang yang hadir.
“Agak aneh,” bersungut Mirano “orang-orang Kristian tidak melihat kesalahan yang begitu menjolok.”
* dalam Al-Kitab pada Injil 2 Samuel 23:8 nama perajurit itu ialah
Isybaal orang Hakhmoni dan pada Injil 1 Tawarikh 11:11 namanya ialah
Yasobam bin Hakhmoni.
“Mereka boleh melihat kesalahan-kesalahan itu jika mereka mahu
membuat penyelidikan dan mereka boleh menolak keterangan-keterangan yang
tidak betul dan membuat penentuan mana yang betul.” kata Umar Lahmi.
“Tetapi mereka terus berpegang kepada kesalahan-kesalahan itu seperti
orang yang tertalu patuh kepada kebenaran. Cuba lihat di dalam Kitab 1
Raja-Raja 4 ayat 46. Di dalamnya tertulis Sulaiman memiliki empat puluh
ribu kandang untuk kuda-kuda keretanya serta dua belas kuda tentera
tetapi di dalam Kitab 2 Tawarikh 9:25 ditulis cuma empat ribu kandang
untuk kereta dan kuda dan dan dua belas kuda tunggangan yang
dipunyai oleh Sulaiman. Lihat, betapa jauh perbedaannya antara empat
ribu dengan empat puluh ribu. Sebuah kitab mengatakan empat puluh ribu
sementara kitab yang satu lagi mengurangkan tiga puluh enam ribu
daripadanya dan merasa puas hati dengan empat ribu saja. Yang ajaibnya,
kedua-dua kitab ini didakwa sebagai wahyu daripada Tuhan. Nah, salahkan
kalau Al-Quran mengatakan tidak ada pertentangan di dalam kitab Allah?”
“Subhanallah!” sahut Isabella “betapa agungnya Al-Quran. Andaikata
Al-Quran tidak diturunkan tentulah tembelang kitab-kitab agama Kristian
tidak akan diketahui.”
“Sekarang cuba kita lihat satu perkara lain yang juga cukup menarik.”
kata Umar Lahmi. “Di dalam Kitab 2 Samuel 10 ayat 18 ada dikatakan bahwa
Daud telah membunuh tujuh ratus orang pemandu kereta kuda dan empat
puluh ribu penunggang kuda. Ingat baik-baik, tujuh ratus dan empat puluh
ribu penunggang kuda. Dalam Kitab 1 Tawarikh 19 ayat 18, Daud telah
membunuh tujuh ribu orang pemandu kereta kuda dan empat puluh ribu orang
tentera berjalan kaki. Kedua-dua kitab ini dikatakan dari wahyu Tuhan
dan kedua-dua kitab ini dikira adalah hasil daripada manipulasi manusia
dan ada campur tangan syaitan. Sebuah kitab mengatakan pemandu tujuh
ratus kereta kuda dan empat puluh ribu penunggang kuda sementara dalam
kitab lain pula berkata bukan begitu. Tujuh ribu orang pemandu kereta
dan empat pulu ribu bukan penunggang kuda tetapi tentera berjalan kaki.
Kitab-kitab ini dikatakan sebagai wahyu dan kitab-kitab inilah yang
disuruh orang-orang mempercayainya. Betulkah kitab-kitab ini telah
diwahyukan Tuhan kepada nabi-nabi?”
“Hah!” kata Mirano. “Terlalu banyak pertentangan di dalamnya. Bagaimana
dapat diterima oleh Islam? Yang nyatanya ialah tabir yang dilabuhkan
untuk melindungi hikmah, kata batin dan kasih orang-orang yang tak
beriman itu terlalu tebal sehingga mereka ada mata tetapi tidak melihat,
ada telinga tetapi tidak mendengar, mudah-mudahan Allah memberi
petunjuk kepada mereka.”
Setelah mendengar kata-kata Mirano, Umar Lahmi lalu menyambung
“Setelah begitu banyak pertentangan di dalam Taurat dan Kitab Perjanjian
Lama yang tidak pernah mahu berkompromi, sekarang mari kita lihat pula
kepada Kitab Injil. Nampaknya, setelah kita membuat penelitian yang
saksama maka keempat-empat Kitab Injil yang wujud sekarang adalah lebih
parah lagi. Yang pertama Injil telah disusun dan ditulis dalam
berbagai-bagai bahasa. Kitab Injil yang pada zaman dulu dianggap sebagai
wahyu Tuhan maka sekarang ini tidak lebih daripada satu apocyphal atau
sumber yang diragukan. Di samping Injil-Injil itu ada Injil lain pula
yang digunakan seolah-olah Injil itu tidak lebih daripada buku-buku teks
sekolah yang boleh ditukar-tukarkan menurut keadaan yang berlaku.
Persidangan telah sering diadakan untuk memilih Injil-Injil yang
berbagai-bagai itu seolah-olah wahyu dan kalam Allah bergantung kepada
ketetapan gereja.”
“Ya,” ujar Mirano “pernah sekali saya mendengar dari bapa saya bahwa di
salah satu persidangan itu, setengah daripada kitab-kitab disingkirkan
dari daftar kitab-kitab yang diwahyukan.”
“Sekarang mari kita cuba uji Injil dengan Kitab Suci Al-Quran tentang
prinsip dan standardnya dengan demikian dapatlah kita membuat ketetapan
tentang betapa goyahnya dan betapa palsunya Injil-Injil itu.” kata Umar
Lahmi kepada Mirano, Isabella dan sahabat-sahabat mereka yang diam
tidak bergerak, terpesona dengan kedalaman ilmu Umar Lahmi dan tentang
pengetahuannya mengenai kitab Injil yang selama ini tidak pernah
terfikirkan oleh mereka.
“Dalam Kitab Matius 27 ayat 3, salah seorang pengikut Jesus Kristus yang
bernama Yudas telah menerima rasuah sebanyak tiga puluh keping wang
perak. Yudas meraka sangat menyesal kerana telah menyerahkan Jesus
Kristus kepada kerajaan untuk dibunuh di atas salib. Lalu dia pergi
kepada imam-imam kepala dan tua-tua dan berkata ‘Aku telah berdosa
kerana menyerahkan darah orang yang tak bersalah’. Yudas lalu
mencampakkan duit itu, pulang ke rumah dan membunuh dirinya sendiri.
Tetapi di dalam Kitab Kisah Para Rasul bab1 ayat 18, ada disebutkan
bahwa Yudas dengan wang yang diperoleh dari perbuatan khianatnya telah
membeli sebidang tanah dan di sana dia jatuh tertelungkup, perutnya
terbelah sehingga semua isiperutnya terburai keluar. Nah, di dalam Kitab
Matius, Yudas dikatakan telah memulangkan balik wang rasuahnya kepada
imam-imam ketua dan kemudian menggantungkan dirinya sementara dalam
Kitab Kisah Para Rasul pula dikatakan Yudas membeli kebun dengan wang
itu dan mati terjatuh sehingga isiperutnya terkeluar. Inilah dua
keterangan yang berbeda dari dua buah Kitab Injil yang berbeda pula yang
kedua-duanya didakwa sebagai wahyu menurut orang-orang Kristian atau
Roh Kudus menyuruh mereka menulisnya menurut wahyu yang disampaikan.
Jadi bererti ketika Roh Kudus pergi kepada penulis Kitab Matius, dia
mengatakan begini kemudian apabila dia pergi kepada penulis Kitab Para
Rasul, dia mengatakan yang lain pula. Sekarang, samaada kita membuat
anggapan Roh Kudus sebagai pembohong dan penipu ataupun kita menolaknya
secara total. Adalah lebih bijaksana kita menyatakan bahwa semua Kitab
Injil itu palsu dan salah daripada kita meletakkan tuduhan kepada Roh
Kudus. Kalau tidak, Tuhan dan Roh Kudus juga ikut berbuat dosa.”
“Nyatalah bahwa semua Kitab Injil yang wujud sekarang ini palsu dan
salah belaka dan tentulah musuh-musuh Kristus yang telah memalsukannya
untuk mencapai sesuatu maksud.” sampuk Mirano.
“Itu pertentangan daripada dua buah Injil yang berlainan,” kata Umar
Lahmi “mari kita tengok pula pertentangan yang terdapat di dalam sebuah
Injil yang sama. Saint Paulus yang telah menyusun syahadat trinitas yang
menyebabkan semua penganut Kristian sesat sebab menyekutukan Tuhan
telah diceritakan tentang bagaimana dia masuk Kristian. Ada tiga tempat
dalam Kitab Kisah Para Rasul yang menyebutnya dan ketiga-tiganya
berbeda, tidak sama. Betapa aneh bahwa Roh Kudus telah berbohong di tiga
tempat di dalam kitab yang sama tentang peristiwa yang sama pula. Dalam
bab 9 ayat 3 Injil Kisah Para Rasul ada disebutkan bahwa Paulus sedang
dalam perjalanannya ke Damsyik dengan sahabat-sahabatnya ketika sudah
dekat dengan kota, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi
dia. Dia rebah ke tanah dan mendengar suatu suara yang berkata: ‘Kenapa
menganiayai aku?” Sementara sahabat-sahabatnya terus termangu-mangu.
Mereka ada mendengar suara itu tetapi tidak melihat seorang jua pun. Di
dalam bab 22 ayat 6-7, kitab yang sama menceritakan sahabat-sahabat ada
melihat cahaya di langit tetapi tidak mendengar suara dan dalam bab 26
ayat 13 mengatakan Saint Paulus dan sahabat-sahabatnya dikelilingi oleh
cahaya dan mereka semua terjatuh ke tanah. Nah, cuba fikirkan dalam
sebuah Injil, peristiwa yang sama telah diceritakan dalam tiga versi di
tiga tempat. Bolehkah kita membenarkannya?” tanya Umar Lahmi.
“Tidak mungkin,” jawab Mirano cepat “ketiga-tiganya palsu dan kalaupun salah satunya itu betul agak sukar mahu dipastikan.”
“Nah, saudara sudah mendengar tentang pertentangan antara dua buah
Kitab Injil yang berbeda dan pertentangan di dalam sebuah Injil yang
sama.” kata Umar Lahmi. “Sekarang cuba perhatikan keanehan pertentangan
yang terjadi di dalam satu ayat yang sama pula. Di dalam Kitab Injil
Lukas bab 21 ayat 16-18 ada disebutkan tentang peringatan Jesus kepada
pengikut-pengikutnya: ‘Dan kamu akan diserahkan juga oleh orangtuamu,
saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa
orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh
kerana namaku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan
hilang’. Ini bererti bahwa musuh akan membunuh pengikut-pengikut Jesus
tetapi tidak sehelai rambut pun akan hilang yakni tidak terjadi apa-apa
seolah-olah pembunuhan itu tidak ada kaitannya dengan kecederaan. Kena
bunuh tetapi pengikut-pengikutnya tidak kena bunuh. Kita akan merasa
hairan betapa tidak berakalnya penyusun Injil itu sehingga dalam ayat
yang sama ada pertentangan yang boleh menimbulkan ketawa.”
Isabella yang sejak lama diam mendengar lalu menyampuk “Bagaimana
agaknya orang-orang Kristian yang malang itu mahu menjelaskannya?”
“Apa penjelasan yang boleh mereka berikan?” tanya Umar Lahmi. ‘Mereka
selalu mengelak dengan percakapan yang tidak relevan dan menimpakan
kesalahan itu kepada jurutulis yang tidak mengambil berat. Meskipun
jawaban mereka kita terima sebagai satu kebetulan, pertanyaan itu masih
tetap belum berjawab tentang kalimat yang sebenarnya dan yang mana pula
kesalahan jurutulis? Sebagai contoh umur seseorang dalam satu waktu ada
yang 22 dan ada yang 42 tahun. Mana satu kesalahan jurutulis dan mana
satu pula yang benar? Tidak ada orang-orang Kristian sekarang ini yang
boleh berkata bahwa ayat sebenar ialah begini dan jurutulis telah
menulis begitu. Selagi kesalahan jurutulis tidak dapat dikesani maka
penerangan dan jawaban apa pun juga hanyalah nonsense semata-mata. Jadi,
hal ini membuktikan bahwa menurut orang-orang Kristian sendiri
kitab-kitab ini diragukan sementara di tempat lain kesalahan jurutulis
pula diakui maka dengan sendirinya kitab-kitab itu telah kehilangan
kewibawaannya dari sudut mana pun jua.”
“Tidak mungkinkah kesalahan-kesalahan ini diperbaiki dengan membuat bandingan dengan yang asli?” tanya Isabella.
“Jikalau kitab-kitab yang tulen ada mengapa pula kita bersusah-susah
mahu membuat perbandingan lagi.” kata Umar Lahmi. “Masalahnya kitab yang
tulen tidak wujud, hanya bergantung dari terjemahan demi terjemahan
dari salinan demi salinan. Dan yang ajaibnya ialah sampai sekarang belum
lagi dapat dibuat kepastian tentang Injil-Injil ini bila ditulis, dalam
bahasa apa atau siapa penulisnya. Setengah pula mengatakan ditulis
serentak pada satu waktu di dalam dua bahasa iaitu bahasa Greek dan
bahasa Yahudi. Tetapi dalam bahasa apapun yang ditulis, Injil asli tentu
dapat diperoleh. Malangnya, tidak pernah diketemui di mana-mana pun
jua. Hanya terjemahan dari terjemahan yang ada yang tidak dapat
dipercayai. Kemudian timbul pula berbagai-bagai pendapat tentang zaman
Kitab-Kitab Injil ditulis dan tentang penulisnya tidak sesiapa pun yang
mengetahuinya. Setengah mengatakan pengikut Jesus, Jonah telah menulis
Injilnya sendiri dan ada yang mengatakan ia ditulis oleh orang lain yang
juga bernama Jonah. Yang paling menyedihkan ialah tidak ada keterangan
di dalam kitab-kitab itu tentang penulisnya, di dalam Kitab Injil Matius
namanya juga tidak ada.”
“Orang-orang Kristian berkata apa saja kitab yang telah disahkan oleh
gereja maka itulah saja kitab Tuhan dan kitab yang diwahyukan.” jawab
Mirano.
“Jadi untuk dapat dianggp sebagai diwahyukan kita mesti bergantung
kepada gereja sementara kitab-kitab itu sendiri pekak dan bisu dalam
soal ini.” kata Umar Lahmi.
Isabella lalu mencelah “Orang-orang Kristian mempertahankan bahwa
keputusan gereja adalah bebas daripada kesilapan. Dengan demikian,
keputusan itu pun sebagai wahyu pula.”
“Jikalau keputusan gereja itu bebas dari kesilapan maka mengapa pula ada
berbagai-bagai keputusan dari gereja-gereja yang berbeda? Dalam Sidang
Synodes di Nicia 325 Masihi dan sidang yang diadakan di Konstantinopel
381 Masehi kitab-kitab yang dianggap wahyu ole persidangan itu telah
ditolak setengahnya oleh Sidang Niqawiy. Malah diperintah membakr
sekalian kitab yang isinya berlawanan dengan keputusan dalam Sidang
Synodes di Nicia. Sementara sebahagian daripada kitab yang dikeluarkan
daripada daftar-daftar wahyu kembali diterima sebagai kitab-kitab wahyu
di dalam sidang yang lain. Seolah-olah kitab-kitab wahyu itu seperti
hidung patung lilin yang boleh diubah-ubah ke kiri atau ke kanan.”
Setelah mendengar keterangan dan penjelasan Umar Lahmi tentang
berbagai-bagai perkara yang bermula daripada masalah yang ditimbulkan
oleh Mirano, maka pertemuan itu pun berakhir sudah agak larut malam.
Semua peserta kembali ke rumah masing-masing. Isabella dan
sahabat-sahabatnya ditempatkan di sebuah rumah tidak jauh dari rumah
Ziad bin Umar dan dikawal dengan ketat oleh pengawal-pengawal Islam yang
gagah berani. Sebelum berpisah, satu rencana telah diatur supaya
Isabella dan sahabat-sahabatnya mendapat latihan dan pendidikan agama
secara intensif tidak saja dari Umar lahmi dan alim ulama yang lain
tetapi juga dari Ziad bin Umar sendiri.
Masa berjalan begitu cepat, sudah empat tahun berlalu. Dalam masa
itu, Isabella dan sahabat-sahabatnya telah dapat menguasai bahasa Arab
dengan baik dan pengetahuan mereka tentang agama Islam juga cukup
mendalam. Isabella kini telah menjadi tempat tumpuan kaum wanita di
Cordova. Setelah mendalami ilmu agama maka dia telah menjadi model
wanita Islam yang berhemah tinggi dan diberi gelaran sebagai muhaddisa
salah seorang ahli Hadis yang ulung di Cordova. Seorang yang salih yang
telah menyerah seluruh hidupnya ke jalan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar